Saturday, February 16, 2008

solilokui: jakarta, sebuah kerinduan

Saat ini kita sedang di kuala lumpur. Bukan di jakarta tercinta. Kota tempat papa dilahirkan,nak. Juga tempat kira dan ziya menghirup udara dunia kali pertama. Sebuah kampung raksasa kalau tidak bisa disebut megapolitan, karena ketersemawutan infrastruktur : kemacetan menggila yang bikin orang sakit ginjal (?) - causal dari para pengemudi tak tahu aturan harus menahan pipis berjam2 dijalan, bus2 tua yang tak trendi sama sekali - sebab penampilannya tak berubah sejak papa masih di taman kanak2, sampai bahkan tingkat keamanan publik yang jatuh di titik minus - penduduk takut polisi; polisi takut perampok; perampok takut digebukin; digebukin rame2; rame2 bilang mampus; setelah mampus penggebuk kabur sambil belagak bilang 'kasian ya?'.


Sekarang kita tinggal di kuala lumpur. Retrofit dari kota jakarta yang onderdilnya didatangkan dari singapura. Maksudnya teh, papa mambayangkan jakarta penduduknya dipilih yang kaya2 saja sekitar 2 juta dari 13 juta penghuninya, panorama bawah jembatan di export ke Jerman - sebagai balas jasa dari di exportnya plastik bekas kondom jerman ke indonesia, sistem transportasi kereta dipaksa bangun tanpa keributan dana dan korupsi, sungai-sungai yang mampet didoktrin pikirannya "engkaulah tulang punggung banjir kita, kawan" tanpa harus membawa sampah dipunggungnya, dan simsalabim maka jadilah jakarta jaman muda dulu yang perlu segenggam jelly untuk sisir rambut biar keliatan rapi, segenggam ketakutan yang disimpan bulat2 agar tak kelihatan sebab orang susah bicara lepas dan lugas soal politik.

Ya kita jauh dari jakarta kita, nak. Walau tak jauh di hati, sebab setiap saat kita bisa telpon sanak keluarga disana, bisa saling berbagi cerita lewat lalu lintas email, lewat blogger ataupun sepintas sms kerinduan yang mengantarkan kabar. Walau tak jauh dihati tapi mungkin engkau kangen rumah mungil kita nak, dimana bunga2 tercinta mama tumbuh mekar: "zepiranthus candida" bisik mama kepada kira ziya suatu pagi yang wangi, dimana mama papa pernah bahkan masih bermimpi untuk menghias kamar kalian di lantai atas, "mama ingin kamar kira ziya bernuansa putih, papa" urai mama dengan gaya arsitek kelas atas, dan mungkin kalian juga rindu bermain dengan teman2 tetangga disana ya, nak?

Ya kita memang baru pindah kesini, di kuala lumpur. Entah sampai kapan, papa mama pun tak kuasa memutuskan. Kita berangkat dengan suatu mimpi dan sekoper luber penuh tekad. Yang mungkin insyaAllah bisa menjadikan kita kuat, bisa menjadikan engkau hebat, membuat kita hemat, cermat dan sejuta mimpi lainnya. Yang jelas kita harus selalu ikhtiar dan bersyukur padaNYA, nak. Atas segala. Segala-galanya. Dimanapun kita berada: jakarta, engkaulah kerinduan itu. Di Indonesia-ku.

1 comment:

INDAH IP said...

makasih papa sayang, sudah bekerja keras buat kita semua. kebersamaan ini, setiap detik, nggak ternilai harganya. We love you so much! you r my inspiration. you r a wonderful husband and a great father!