Saturday, January 30, 2010

Solilokui: Pulang

kita pulang katamu nak, dengan senyum paling cantik yang selalu kau lempar ke papa. setelahnya sebelum senyummu habis kita akan berkejaran di petak kecil rumah kita disini di kuala lumpur dan berakhir hingga tawa yang lepas. waktu memang demikian cepat. waktu adalah pencuri paling ulung kata mama suatu hari. waktu datang menelisik diam2, melenakan dan pergi disaat kita menyadari belum banyak arti yg kita buat.

ya, kita akan pulang nak. ke indonesia? tanyamu dengan binar mata dan alis mengembang sementara bibir mungilmu mengurai manja. setelahnya sebelum tanyamu habis kita akan berlempar tawa dan cekikik kecil memenuhi petak kecil rumah kita disini. dan seperti biasa mama senyum2 kecil sendiri didapur mendengar kita. sebab mama sedang meramu bumbu cinta, untuk sarapan sederhana; - semangkuk tulus dan segelas ikhlas kata mama dengan mantap.

mungkin engkau bertanya kenapa. demikian jg papa dan mama. mungkin engkau akan merindu teman2 sekolahmu; antoinne, myin ha, adam, austin, jaja dan sederet nama yg dengan hapal kau sebutkan. teringat papa mama begitu semangatnya engkau di ramadhan lalu melepas weekend dengan teman2 indonesia disini. tapi itulah hidup nak. kita harus memilih kita harus menghitung dan kita harus menerima. dan kita harus tetap bersyukur kepadaNYA nak. sebab kita diberiNYA pilihan dan bisa memilih.

kita pulang katamu nak. ya, kita pulang. tapi bukan ke kampung halaman kita di jakarta. dimana kita masih menanam rindu disana. merindu petak kecil halaman rumah disana. merindu waktu saat kita duduk di serambi menantang senja sembari menunggu bunga favorit mama berkembang. zepiranthus candida. itu bunga mama, teriak mama kepada kalian setiap kita menemukannya di tepi jalan, di KLCC park, taman tasik perdana ataupun di sudut2 playground tempatmu bermain.

kita akan pulang ke indonesia nak. tanah air tercinta. dengan sederet tekad sederet harap. sampai kapan kita tak penah bisa tahu. tapi tak perlu risau nak. kemanapun kita mengangkat koper dan mengetuk pintu. kesanalah kita akan selalu kembali. ke indonesia. tanah air tercinta. agar burung garuda, tumbuh besar didadamu.

KL, 2009
Triwibowo

Sunday, December 28, 2008

Farewell Poem's: Rendezvous

* this poetry's was sent to all friends in my almamater Vico Indonesia at my last day sometime in 2007 )

RENDEZVOUS

ingin kuledakkan tangis
sebagai sungai-sungai airmata

seperti sesaat rimis
pertemukan kita

demikian waktu membeku
di halaman berdebu

aku dan kamu
merindu batu

o!

Muara Badak

June, 2007

solilokui: celetukan dari segelas kopi buatan Pak Ja'i

* tulisan lama yg sempet menghilang)

Kita tidak sedang di Lochness, sebuah danau yang legenda di bibir Invernes. Matahari yang mengintip dari jendela-jendela kastil tua, tidak bisa memecah kesunyian. Atau operet2 yang ditawarkan kepada turis disaat musim liburan dan dingin yang menggigit tulang hanya menambahkan misteri yang tak pernah terjawab tentang "Nessie". Ini tidak juga terjadi di Tijuana. Pagar betis berlapis dipinggir California. Yang hanya 40 menit dari Little Italy, 5 USD diatas San Diego Trolley, tempat orang berkacak pandang. Kadang terdengar cerocosan bahasa mexicano yg begitu asing. Hmm, inikah bangsa yg pernah mengagetkan dunia dengan tim sepak bolanya di Piala Dunia di Amerika dulu?. Tapi kali ini tidak terjadi disana, sayang.

Bukan segelas capuccino dari Starbucks Cafe yang mengepul di depan meja kerjaku. Bukan pula latee bervanila diantara design yang cozy di Coffee Bean. Hanya nescafe dan cream ringan saja yang dibuatkan oleh Pak Suja'i, Janitor setiaku selama 6 tahun ini. Selalu dengan style yang "cool", topi hitam berlabel "Rochem" dan baju yang selalu dikeluarkan, tanpa senyum, tanpa kata-kata. Yang membuatku kagum, wangi kopi krim buatannya selalu sama, warnanya pun tak pernah beda. Selalu kopi yg cukup, cream yang sedang, dan manis yang sama. Tak pernah berubah.

Ini memang tidak sedang di televisi. Diantara sinetron kejar tayang dilakoni yang oleh model pas-pas-an. Atau berita quick count yang diprotes KPU. Sampai tinta pemilu disinyalir palsu. hm, jangan heran ini Indonesia bung! Sobatku memencet tombol playstation, kelihatannya sebal karena jagonya di pemilu kalah telak. Dalam hitungan menit kami sudah tenggelam dalam permainan di kotak kaca. Bola-bola bergulir. Kesana kemari. Ada tombol dipencet. Bahasa tubuh sobatku mengikuti gerak bola. Gooll!! teriakan diselingi tawa, kami seperti menyulap malam di dalam kedua jempol tangan. Ada dua gelas kopi krim menemani. Beda rasa. Beda warna. Beda manisnya dengan buatan Pak Ja'i.

Kali ini kita sedang ada di shop mekanik. Sebuah ruang pribadi yang kusebut "Ruang Mekanik". Tempat para pecinta oli mencuri waktu diantara deru turbin. Pagi mulai semakin tua. Safety meeting belum dimulai. Mekanik sudah berkumpul di library. Mulai ada celetukan2 ringan disana. Kumasuki ruang kerjaku sebentar. Kulirik kesana kemari. Belum ada kepulan kopi krim di mejaku. Masih gelas yang kosong diantara tumpukan kertas dan buku-buku yang nggak jelas. Dalam kelebatan detik Pak Suja'i sudah berdiri dihadapanku. Diulurkan tangannya. Kugenggam. Dia berkata. Maafkan saya bila selama ini punya salah, Pak. Saya habis, kena pengurangan.

Duh. Jrenngg!!. Ini sedang terjadi disini. Bukan di halaman-halaman novel picisan atau fiksi yang meledak dipasaran. Didepanku Pak Ja'i. Maafkan saya juga Pak Ja'i. Tak bisa aku berkata lebih. Ia tersenyum kecut. Seperti kubaca pertanyaan di matanya yang berkaca-kaca," Apakah hidup adalah kesetiaan terhadap waktu, Pak?". Lalu ia pergi. Tanpa pesan. Dalam kelebatan tak terlihat lagi bayangnya. Aku diam. Pagi menjadi beku. Langkah gontainya membuka jejak ingatanku akan tulisan di website pribadi bidadariku," Life is only traveled once, it is the scaterred joys that we pick,along the way that really matter, the gift of life is life itself."

Kesekejapan yang sangat berharga katanya. Diantara gelas kosong sisa kopi krim buatan Pak Ja'i kemaren. Dan ini terjadi disini.

Muara Badak, 2004
triwibowo

Wednesday, August 20, 2008

di-"ini'-in eyang

Kemarin ini eyang kita tercinta berkunjung ke KL hampir 3 bulan. Kira ziya jadi ada temen lebih. Maxute teh, biasanya khan kita cuman berempat: mama, papa, kira dan ziyaaa...

Nah, kalo malam mau tidur biasanya kira ziya minta dibacaain cerita atau dongeng. Biasanya papa yg kebagian baca paling sering, soale seharian udah sama mama main2 ya sayang? Nah, kl udah tiba waktunya mau tidur malem, mulailah kira ziya sibuk cari2 buku ceritanya untuk dibacain:

+ "ayo sini sayangkuw papa bacain cerita"...
langsung mereka berhamburan dan ziya dengan sukses bobo disebelah kanan papa...
- "papa, kira bobo dimana?" rengek kira..
+ "disini disebelah kiri papa, sayang.. deket eyang"...
- " gak, mauuu... nantii di-"ini"-in eyaanng... ", kata kira sambil goyangin kepala dan matanya melirik papa...
+ "haha.. di-"ini"-in apa sayaang", sambil papa peluk kira plus kelitik2 gemeezzz...

sampe sekarang pun papa, mama dan eyang ndak ngerti maxutnya di-ini-in eyang tuh diapain sayangkuuw??!!...

Saturday, February 16, 2008

solilokui: jakarta, sebuah kerinduan

Saat ini kita sedang di kuala lumpur. Bukan di jakarta tercinta. Kota tempat papa dilahirkan,nak. Juga tempat kira dan ziya menghirup udara dunia kali pertama. Sebuah kampung raksasa kalau tidak bisa disebut megapolitan, karena ketersemawutan infrastruktur : kemacetan menggila yang bikin orang sakit ginjal (?) - causal dari para pengemudi tak tahu aturan harus menahan pipis berjam2 dijalan, bus2 tua yang tak trendi sama sekali - sebab penampilannya tak berubah sejak papa masih di taman kanak2, sampai bahkan tingkat keamanan publik yang jatuh di titik minus - penduduk takut polisi; polisi takut perampok; perampok takut digebukin; digebukin rame2; rame2 bilang mampus; setelah mampus penggebuk kabur sambil belagak bilang 'kasian ya?'.


Sekarang kita tinggal di kuala lumpur. Retrofit dari kota jakarta yang onderdilnya didatangkan dari singapura. Maksudnya teh, papa mambayangkan jakarta penduduknya dipilih yang kaya2 saja sekitar 2 juta dari 13 juta penghuninya, panorama bawah jembatan di export ke Jerman - sebagai balas jasa dari di exportnya plastik bekas kondom jerman ke indonesia, sistem transportasi kereta dipaksa bangun tanpa keributan dana dan korupsi, sungai-sungai yang mampet didoktrin pikirannya "engkaulah tulang punggung banjir kita, kawan" tanpa harus membawa sampah dipunggungnya, dan simsalabim maka jadilah jakarta jaman muda dulu yang perlu segenggam jelly untuk sisir rambut biar keliatan rapi, segenggam ketakutan yang disimpan bulat2 agar tak kelihatan sebab orang susah bicara lepas dan lugas soal politik.

Ya kita jauh dari jakarta kita, nak. Walau tak jauh di hati, sebab setiap saat kita bisa telpon sanak keluarga disana, bisa saling berbagi cerita lewat lalu lintas email, lewat blogger ataupun sepintas sms kerinduan yang mengantarkan kabar. Walau tak jauh dihati tapi mungkin engkau kangen rumah mungil kita nak, dimana bunga2 tercinta mama tumbuh mekar: "zepiranthus candida" bisik mama kepada kira ziya suatu pagi yang wangi, dimana mama papa pernah bahkan masih bermimpi untuk menghias kamar kalian di lantai atas, "mama ingin kamar kira ziya bernuansa putih, papa" urai mama dengan gaya arsitek kelas atas, dan mungkin kalian juga rindu bermain dengan teman2 tetangga disana ya, nak?

Ya kita memang baru pindah kesini, di kuala lumpur. Entah sampai kapan, papa mama pun tak kuasa memutuskan. Kita berangkat dengan suatu mimpi dan sekoper luber penuh tekad. Yang mungkin insyaAllah bisa menjadikan kita kuat, bisa menjadikan engkau hebat, membuat kita hemat, cermat dan sejuta mimpi lainnya. Yang jelas kita harus selalu ikhtiar dan bersyukur padaNYA, nak. Atas segala. Segala-galanya. Dimanapun kita berada: jakarta, engkaulah kerinduan itu. Di Indonesia-ku.

Wednesday, February 6, 2008

Senyum Papa

alhamdulillah, papa suka senyum2 sendiri kalo denger cerita mama tentang kira dan ziya. "Pa, hari ini kira dan ziya cleeveeerrr..." cerita mama dengan penuh semangat sepulang papa dari kantor. Btw, mama emang selalu semangat kok kalo cerita sesuatu, bahkan cerita tentang bawang aja bisa jadi seru penuh melodrama...hihihi.. luv u my dear princess!

+ "emang ngapain kira ziya hari ini, sayang?"
- " kira ziya ke sekolah udah gak pake diapers. Dan di sekolah ziya berbisik sama mama, 'mama ziya mau pipis' "
+ "wuaah.. hebaatt!!"

sejurus kemudian bertubi-tubi ciuman mendarat di pipi bakso kira dan ziya, plus jurus2 iseng papa lainnya yang bikin kira jadi mewek2... uuhuuuhuuu... hihi papa gemeezzzz